Program vaksinasi COVID-19 merupakan salah satu langkah
pemerintah untuk memutus mata rantai penularan virus Corona. Namun, beredar
kabar bahwa vaksin COVID-19 dapat memengaruhi siklus menstruasi. Apakah kabar
tersebut memang fakta atau sekadar mitos?
Beragam cara dapat dilakukan untuk mencegah penularan COVID-19, seperti menerapkan
protokol kesehatan dan melakukan vaksinasi. Namun, seperti halnya obat atau
vaksin apa pun, vaksin COVID-19 juga memiliki efek samping.
Selain nyeri di lokasi suntikan, beberapa wanita juga merasakan
efek samping vaksin COVID-19 berupa gangguan siklus menstruasi. Pertanyaannya,
apakah hal tersebut perlu dikhawatirkan?
Apa Itu Siklus Menstruasi?
Menstruasi merupakan siklus
alami pada tubuh wanita yang ditandai dengan keluarnya darah dari vagina,
karena tidak adanya pembuahan sel telur oleh sperma.Siklus menstruasi tidaklah sama untuk setiap wanita. Normalnya,
siklus menstruasi terjadi setiap 21–35 hari dan proses menstruasi berlangsung
selama 2–7 hari. Siklus ini akan menjadi lebih teratur seiring bertambahnya
usia.
Namun, Anda perlu waspada bila mengalami gangguan dalam
menstruasi, seperti:
- Siklus
menstruasi kurang dari 21 hari atau lebih dari 35 hari
- Tidak
mengalami menstruasi selama 3 periode berturut-turut atau lebih
- Darah
menstruasi yang keluar lebih banyak atau sedikit dari biasanya
- Menstruasi
berlangsung hingga lebih dari 7 hari
- Muncul
nyeri, kram perut, mual, atau muntah yang parah saat terjadi menstruasi
Jika merasakan beberapa gangguan menstruasi di atas, segera
periksakan diri Anda ke dokter, untuk mendapatkan penanganan yang sesuai.
Bolehkah Menerima
Vaksin COVID-19 Saat Menstruasi?
Ada beberapa kriteria utama penerima vaksin
COVID-19,
antara lain:
- Tidak
terkonfirmasi menderita COVID-19 atau sudah dinyatakan sembuh dari
COVID-19 setelah 3 bulan.
- Suhu
tubuh normal dan tidak lebih dari 37,5O C
- Tekanan
darah di bawah 180/110 mmHg saat skrining sebelum vaksinasi
- Bagi
yang memiliki penyakit kronis, seperti tekanan darah tinggi dan diabetes,
vaksin COVID-19 bisa diberikan jika berada dalam kondisi sehat dan
terkontrol dengan pengobatan dokter
- Bagi
penderita HIV, vaksin dapat diberikan bila hasil pemeriksaan CD4 lebih
dari 200
- Penderita
penyakit paru, seperti asma dan PPOK, hanya boleh divaksinasi jika
kondisinya sudah terkontrol melalui pengobatan
- Penderita
TBC boleh divaksinasi setelah mengonsumsi obat antituberkulosis secara
teratur lebih dari 2 minggu
- Tidak
mengalami gejala ISPA dalam 7 hari terakhir dan tidak memiliki kondisi
medis tertentu, seperti alergi terhadap vaksin atau penyakit autoimun
Meski ada beberapa laporan tentang perubahan siklus menstruasi
setelah menerima vaksin COVID-19, menstruasi bukanlah alasan yang dapat
menghalangi Anda untuk melakukan vaksinasi. Sejauh ini, belum ada larangan
untuk menerima vaksin COVID-19 bagi wanita yang sedang menstruasi.
Sementara itu, ada beberapa kondisi yang tidak disarankan untuk
menerima vaksin COVID-19, yaitu menderita penyakit penyerta dan tidak
terkontrol, berusia di bawah 12 tahun, dan sedang dalam pengobatan gangguan
pembekuan darah, gangguan sistem kekebalan tubuh, serta transfusi darah.
Apa Saja Efek Samping
Vaksin COVID-19 secara Umum?
Semua tindakan medis memiliki risiko efek samping, tak
terkecuali vaksin COVID-19. Ini merupakan hal yang normal sebagai tanda bahwa
tubuh Anda sedang membangun perlindungan. Berikut ini adalah beberapa efek
samping yang umum terjadi setelah menerima vaksin COVID-19:
- Nyeri,
kemerahan, dan bengkak di lokasi penyuntikan vaksin
- Kelelahan
- Sakit
kepala
- Nyeri
otot
- Demam
- Menggigil
- Mual
Anda dapat memberikan kompres dingin pada area penyuntikan untuk
meredakan nyeri, kemerahan, atau bengkak. Jika Anda mengalami demam setelah menerima
vaksin, konsumsi lebih banyak cairan dan jangan mengenakan pakaian tebal.
Anda juga dapat berkonsultasi ke dokter jika ingin menggunakan
obat-obatan tertentu, seperti ibuprofen, paracetamol, aspirin, atau antihistamin
untuk mengurangi efek
samping vaksin COVID-19.
Namun, jika efek samping yang muncul tak kunjung membaik setelah
24 jam atau muncul reaksi alergi yang parah, yaitu syok anafilaktik, segera hubungi dokter
atau fasilitas kesehatan terdekat untuk mendapatkan penanganan.
Apakah Vaksin COVID-19
Dapat Menyebabkan Perubahan Siklus Menstruasi?
Ada beberapa keluhan yang dilaporkan mengenai perubahan siklus
menstruasi setelah menerima vaksin COVID-19. Keluhan ini meliputi siklus
menstruasi yang memendek, darah yang keluar lebih banyak dari biasanya, nyeri
hebat saat menstruasi, atau keluar darah haid lebih dari 7 hari.
Hal ini lantas menimbulkan pertanyaan, apakah perubahan siklus
menstruasi termasuk salah satu efek samping dari pemberian vaksin COVID-19.
Sejauh ini, masih dibutuhkan penelitian lebih lanjut untuk
memastikan hubungan antara perubahan siklus menstruasi dan vaksin COVID-19.
Namun, para ahli beranggapan ada beberapa hal yang memengaruhi perubahan siklus
menstruasi, seperti rasa nyeri setelah vaksin, stres, dan konsumsi obat-obatan
tertentu.
Selain itu, dalam uji klinis berbagai jenis vaksin COVID-19,
tidak ada hasil yang menyebutkan adanya efek samping berupa perdarahan atau
perubahan siklus menstruasi.
Namun, jika Anda mengalami perubahan siklus menstruasi setelah
menerima vaksin COVID-19, jangan dulu panik. Cobalah periksakan diri ke dokter untuk mengetahui
ada tidaknya faktor lain yang menyebabkan perubahan siklus menstruasi Anda.
Perlu diiingat, pemberian vaksin COVID-19 tidak berbahaya bagi
wanita yang sedang mengalami menstruasi. Oleh karena itu, jangan menunda
vaksinasi, kecuali Anda memang dalam kondisi yang tidak disarankan untuk
menerima vaksin COVID-19.
Setelah menerima vaksin COVID-19, tetap jalankan protokol
kesehatan,
seperti mencuci tangan, mengenakan masker, dan menjaga jarak. Segera
hubungi hotline COVID-19
di 119 atau fasilitas kesehatan terdekat jika merasakan gejala, seperti sesak napas,
demam, atau kehilangan indra penciuman dan perasa.
Ditinjau oleh:
dr. Sienny Agustin
https://www.alodokter.com/benarkah-vaksin-covid-19-dapat-mengganggu-siklus-menstruasi
Posting Komentar untuk "Benarkah Vaksin COVID-19 Dapat Mengganggu Siklus Menstruasi? "